Universitas Kedokteran Gigi Akreditasi A
Universitas kedokteran gigi akreditasi A – Memilih kampus untuk kuliah Kedokteran Gigi tak cukup hanya berpatokan padapopularitas universitasnya, lho. Akreditasi jurusan – lebih dikenal sebagai fakultas (Fakultas Kedokteran Gigi) – juga tak kalah penting. Kenapa sih, perlu kuliah Kedokteran Gigi dijurusan yang terakreditasi A?
Alasan utama kuliah di FKG terakreditasi A adalah kemudahan dalam mendapatkan pekerjaan. Bahkan, kalau kamu ingin menjadi Pegawai Negeri atau bekerja di instansi Kepolisian maupun militer, akreditasi FKG-mu akan jadi pertimbangan yang sangat penting – bisa jadi sejak tahap seleksi berkas.
Alasan berikutnya kenapa menjadi alumni FKG terakreditasi A itu penting adalah pendidikan spesialis. Jika ingin mengambil spesialisasi Kedokteran Gigi, akreditasi alma mater menjadi pertimbangan krusial dalam penerimaan mahasiswa. Bahkan, hanya FKG dengan akreditasi A saja yang punya izin untuk menyelenggarakan pendidikan spesialis.
Sudah jelas kan, kenapa kamu harus kejar tuh FKG yang punya akreditasi A? Trus, kampusnya yang mana? Oke deh, kita bantu bikin kompilasi universitas mana saja, baik PTN maupun PTS, yang punya FKG dengan akreditasi A.
Cara Memilih Universitas Kedokteran Gigi Dengan Akreditasi A
Kalau membicarakan ini, kita harus melihat jauh ke dalam sejarah disiplin Kedokteran Gigi sendiri. Menurut Mary Otto, penulis buku Teeth: The Story of Beauty, Inequality, and the Struggle for Oral Health in America, disiplin Kedokteran Gigi (dentistry) dan Kedokteran (medicine) memang sudah terpisah sejak dulu. Profesi dokter gigi berawal dari profesi barber-surgeon atau tukang cukur-ahli bedah. Di Amerika dulu, para barber-surgeon ini nggak hanya bertugas mencukur rambut tapi juga melakukan praktik operasi medis lainnya seperti amputasi organ, bekam, dan pencabutan gigi. Meski begitu, pendekatan yang dilakukan dalam praktik ini bukanlah pendekatan medis, melainkan masih pendekatan mekanik.
Baca juga artikel lainnya : Pendaftaran KIP Kuliah SNMPTN Resmi Dibuka
Profesi Dokter Gigi baru benar-benar menjadi sebuah ‘profesi’ yang diakui pada tahun 1840 di Baltimore, Amerika Serikat. Otto dalam wawancara dengan The Atlantic menyatakan bahwa ini merupakan hasil kerja keras dari dua orang ‘Dokter Gigi’ (yang kala itu mempelajari ilmunya secara otodidak), Chapin Harris and Horace Hayden, yang melakukan pendekatan terhadap petinggi-petinggi di Sekolah Kedokteran di University of Maryland untuk menambahkan pelajaran mengenai kesehatan gigi ke dalam kurikulum program studi kedokteran umum yang ada di sana. Keduanya percaya bahwa profesi kedokteran gigi seharusnya nggak lagi dilakukan dengan pendekatan mekanik, tapi juga butuh studi yang serius dari perspektif medis, lisensi, dan dasar-dasar ilmiah.
Pendapat ini juga sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Dr. James Guttman, editor dari Journal of History of Dentistry. Menurutnya, pendidikan Dokter Gigi pada awalnya tidak berfokus pada kesehatan melainkan lebih mirip pekerjaan pertukangan. Kedokteran gigi kembali ke bidang Kedokteran pada 1900-an, karena kala itu dokter gigi dan dokter umum mulai menyadari bahwa infeksi pada gigi dapat menyebar ke bagian-bagian lain dari tubuh. Meski begitu, ide yang mendasari bahwa bidang kedokteran gigi merupakan sebuah bidang yang lebih banyak menggunakan pendekatan pertukangan dibanding keselamatan jiwa tetap melekat. Pada tahun 1960 dan 1970-an, pendanaan untuk studi Kedokteran Gigi meningkat, tapi pelayanan kesehatan yang mulai dimasukkan ke dalam jaminan kesehatan tetap nggak memasukkan pelayanan kesehatan gigi di dalamnya.